PERCAKAPAN PATUNG-PATUNG
CERPEN : Indra Trenggono
Bulan sebesar semangka tersepuh perak, tergantung di langit kota, dini hari.Cahayanya yang lembut , tipis berselaput kabut , menerpa lima sosok patung pahlawan yang berdiri di atas Monumen Joang yang tak terawat dan menjadi sarang gelandangan. Cahaya bulan itu seperti member i tenaga kedapa mereka untuk bergerak-gerak, dari posisi mereka yang berdiri tegak. Mereka seperti mencuri kesempatan dari genggaman warta kota yang terlelap di rajam kantuk dalam ringku selimut.
“Aku pun jadi tidak pede lagi sebagai pahlawan,” timpal Durmo, “kita berdiri di sini tak lebih dari hantu sawah. Ternyata mereka tak sungkan apalagi hormat kepadakita. Buktinya , mereka menggaruk apa saja.”
“Kamu jangan terlalu sentimental. Aku rasa mereka tetap hormat kepada kita. BUktinya, mereka membangun kita monument yang megah,” tukas Wibagso .
0 komentar:
Posting Komentar